Kekristenan masa itu dikenal sebagai sekte dalam Yudaisme yang memahami Yesus sebagai mesias Yahudi. Namun, pada akhirnya agama tersebut menjadi didominasi oleh orang bukan Yahudi, dan pemahaman iman—tradisi keagamaan Yahudi (Yudaisme)—kemudian dilarang dan dikutuk sebagai ajaran sesat. Tetapi tetap saja, komunitas Yahudi-Kristen ada di seluruh diaspora Yahudi selama berabad-abad, seperti yang dibuktikan oleh banyak sumber polemik Kristen.
Asal-usul Orang-orang Ebionit
Lalu bagaimana dengan Ebionit? Tidak dapat dipastikan dari mana istilah nama itu berasal. Ahli heresiologi proto-ortodoks (penentang ajaran sesat), Tertullian, mengklaim bahwa kelompok itu dinamai menurut pendirinya, yaitu Ebion.2 Sama seperti yang dicatat oleh Epiphanius:
Ebion, pendiri Ebionit, muncul di dunia pada gilirannya sebagai monster dengan banyak bentuk, dan secara praktis mewakili dalam dirinya sendiri bentuk seperti ular dari mitos hydra berkepala banyak. Dia berasal dari sekolah orang Nazarea, tetapi berkhotbah dan mengajarkan hal-hal lain selain mereka. …… Ebion mengambil beberapa dan banyak dari setiap doktrin yang mengerikan, mematikan, menjijikkan, jelek dan tidak meyakinkan, benar-benar kontroversial, dari setiap sekte yang bertebaran zaman itu, lalu menjadikan dirinya sebagai contoh atas hal itu.3Namun bagi Ehrman, istilah itu tampaknya seperti tebakan yang buruk, yang mungkin saja berdasarkan asumsi Tertullian bahwa setiap bidat dimulai dengan orang-orang bidat yang dapat disebutkan namanya.4 Ahli heresiologi lainnya, seperti Origen dari Aleksandria, mungkin lebih mendekati tanda tersebut ketika mereka mendapatkan nama tersebut dari istilah Ibrani ebyon, yang berarti miskin. Origenes dan penulis proto-ortodoks lainnya memiliki pemahaman dengan istilah nama tersebut, yang menunjukkan bahwa kaum Ebionit miskin dalam pengertian.5 Tetapi dapat dipastikan bahwa bukan demikian yang dipikirkan oleh kelompok ini.
Hipotesis saya, mungkin saja para anggota kelompok ini menyerahkan harta benda mereka dan berkomitmen untuk hidup dalam kemiskinan secara sukarela demi orang lain, seperti kebijakan Kristen mula-mula yang disebutkan dalam Kisah Para Rasul 2:44–45, 4:32–37.6 Dan ini menjadi sesuai dengna ebyon—miskin.
Para penulis proto-ortodoks dengan jelas setuju bahwa kaum Ebionit memahami diri mereka sendiri sebagai kaum Yahudi pengikut Yesus.7 Mereka bukan satu-satunya kelompok Yahudi-Kristen yang diketahui ada pada saat itu, tetapi mereka adalah kelompok yang menimbulkan beberapa tentangan terbesar.8
Orang-orang Kristen Ebionit dengan baik percaya bahwa Yesus adalah Mesias Yahudi yang diutus dari Tuhan Yahudi kepada orang-orang Yahudi untuk menggenapi Kitab Suci Yahudi.9 Mereka juga percaya bahwa untuk menjadi bagian dari umat Allah, seseorang harus menjadi orang Yahudi. Akibatnya, mereka bersikeras menjalankan Sabat, menjaga halal, dan menjalan praktik sunat. Seperti laporan Irenaeus, bahwa kaum Ebionit bertahan dalam ketaatan pada adat-istiadat yang diperintahkan oleh hukum, dan gaya hidup mereka sangat Yahudi, mereka juga tetap menghormati Yerusalem, terbukti dengan berdoa ke arahnya selama ibadah harian mereka.10 Kedengarannya sangat mirip dengan posisi yang diambil oleh para penentang Paulus di Galatia. Menurut Ehrman, bisa jadi orang-orang Kristen Ebionit merupakan keturunan mereka, baik jasmani maupun rohani.11
Epiphanius memberikan komentar bahwa asal-usul mereka datang setelah jatuhnya Yerusalem. Karena hampir semua orang yang beriman kepada Kristus telah menetap di Perea pada waktu itu, yakni di Pella, sebuah kota di Dekapolis yang disebutkan dalam Injil (Matius 4:25) yangmana berdekatan dengan Betania dan Basanitis.12 Ebion pertama kali tinggal di sebuah desa bernama Cocabe di distrik Qarnaim—juga disebut Ashtaroth—di Basanitis. Di sana dia memulai pengajarannya yang jahat. Karena Ebion terhubung dengan mereka dan mereka dengan dia, masing-masing pihak berbagi kejahatannya sendiri dengan yang lain.13
Kristologi Dalam Paham Orang Ebionit
Orang-orang Kristen Ebionit memahami Yesus secara berbeda dan mereka tidak memiliki Perjanjian Baru dengan lengkap seperti yang kita miliki. Bagi mereka, Yesus adalah Anak Allah bukan karena kodrat ilahi atau kelahirannya dari seorang perawan tetapi karena pengangkatannya oleh Allah untuk menjadi anak-Nya. Oleh karena itu, Kristologi semacam ini kadang-kadang disebut adopsionis.14 Untuk mengungkapkan masalah ini lebih lengkap, orang-orang Ebionit percaya bahwa Yesus adalah manusia dengan darah dan daging yang nyata seperti kita semua, lahir sebagai putra sulung dari perkawinan seksual orang tuanya, Yusuf dan Maria.15
Apa yang membedakan Yesus dari semua orang lain adalah bahwa dia mematuhi hukum Allah dengan sempurna dan begitu pula orang yang paling benar di bumi. Karena itu, Tuhan memilih dia untuk menjadi putraNya dan menugaskan kepadanya sebuah misi khusus, untuk mengorbankan dirinya demi orang lain.16 Yesus kemudian pergi ke kayu salib, bukan sebagai hukuman atas dosa-dosanya sendiri tetapi untuk dosa-dosa dunia, sebuah pengorbanan yang sempurna untuk menggenapi semua janji Allah—kepada umat-Nya, bangsa Yahudi—di dalam Kitab Suci. Sebagai tanda penerimaannya atas pengorbanan Yesus, Allah kemudian membangkitkan Yesus dari antara orang mati dan mengangkatnya ke surga.17
Sebagian dari mereka bahkan mengatakan bahwa Adam adalah Kristus—manusia yang pertama kali dibentuk dan diresapi dengan nafas Allah. Tetapi yang lain di antara mereka mengatakan bahwa dia berasal dari atas; diciptakan sebelum segala sesuatu—dalam wujud roh—lebih tinggi dari para malaikat—Tuhan dari semua; dan bahwa dia disebut Kristus, ahli waris dunia di sana.18 Tetapi dia datang ke sini ketika dia memilih, ketika dia datang dalam Adam dan menampakkan diri kepada para bapa bangsa yang mengenakan tubuh Adam. Dan pada hari-hari terakhir Kristus yang sama yang telah datang kepada Abraham, Ishak dan Yakub, datang dan mengenakan tubuh Adam, dan menampakkan diri kepada manusia, disalibkan, bangkit dan naik.19 Tetapi sekali lagi, Sebagian dari mereka justru berbeda pandangan, mereka berkata, “Tidak! Roh—yaitu, Kristus—datang kepadanya dan mengenakan tubuh yang bernama Yesus.”20 Dan mereka semua pusing karena membuat anggapan yang berbeda tentang dia pada waktu yang berbeda.
The Gospel of Ebionites
Salah satu kitab suci yang digunakan orang-orang ini untuk mendukung pandangan mereka pada zaman kuno dikenal sebagai Injil orang Ebionit (the Gospel of the Ebionites).21 Berdasarkan banyak sumber, dinyatakan bahwa buku itu secara keseluruhan telah hilang; tetapi Epiphanius dari Salamis, pemburu ajaran sesat abad keempat memiliki beberapa kutipan tentangnya dalam tulisan-tulisan penentang ajaran sesat. Kutipan-kutipan ini memberi kita gagasan yang baik tentang seperti apa keseluruhan Injil itu. Tulisan tersebut ditulis dalam bahasa Yunani, dan mewakili semacam harmoni dari Injil Matius, Markus, dan Lukas.
Irenaeus percaya bahwa kaum Ebionit hanya menggunakan satu Injil, versi Injil Matius yang menurut Irenaeus aslinya ditulis dalam bahasa Ibrani.22 Mereka tampaknya telah menerima Injil Matius sebagai otoritas kitab suci utama mereka. Sama halnya dengan Epiphanius, di tempat lain mengatakan bahwa Ebionit menggunakan Injil Matius dan menyebutnya “Menurut Orang Ibrani” dengan penjelasan bahwa hanya Matius yang menjelaskan dan mengkhotbahkan Injil dalam bahasa dan alfabet Ibrani di Perjanjian Baru.23 Dalam konteks lain dia kembali menyebutkan Injil Matius dalam bahasa Ibrani dan mengatakan bahwa itu dilestarikan dalam huruf Ibrani24 dan lebih lanjut dia mengatakan bahwa itu tidak lengkap, rusak dan dimutilasi.25
Akan tetapi, dapat diragukan jika Injil kaum Ebionit diidentikkan dengan Matius Ibrani atau Injil menurut orang Ibrani. Pertama-tama, menilai dari fragmen-fragmen yang disimpan oleh Epiphanius, Injil Ebionit pada dasarnya adalah sebuah harmoni Injil, bukan versi Matius yang sebenarnya.26 Ehrman pun sependapat:
Injil Ebionite ditulis dalam bahasa Yunani, dan mewakili semacam harmoni dari Injil Matius, Markus, dan Lukas. Hal ini dapat dilihat paling jelas dalam cerita tentang bunyi pada pembaptisan Yesus. Dalam tiga akun kanonik, suara tersebut mengatakan hal yang sedikit berbeda. Perbedaan ini diselaraskan, bagaimanapun, dalam Injil menurut Ebionit, di mana suara datang dari surga tiga kali, mengatakan sesuatu yang sedikit berbeda pada setiap kesempatan, sesuai dengan kata-kata yang ditemukan di masing-masing dari tiga Injil sebelumnya.27Kedua, dilihat dari permainan kata dan jalinan kata-kata sinoptik yang rumit, Injil ini tampaknya disusun dalam bahasa Yunani, bukan bahasa Ibrani atau bahasa Aram.28
Injil Ebionite dan Keharmonisan Injil
Ketika Injil-injil paling awal mulai beredar luas di antara gereja-gereja di seluruh Mediterania, para pembaca yang cermat segera menyadari bahwa ada perbedaan di antara mereka. Perbedaan tersebut terbukti membingungkan bagi beberapa pembaca dan benar-benar membingungkan bagi yang lain. Salah satu cara para penulis Kristen di kemudian hari mampu mengatasi ketidakkonsistenan yang tampak ini adalah dengan membuat versi-versi “Keharmonisan Injil”,29 yang menggabungkan unsur-unsur dari setiap Injil yang ada sehingga memberikan penjelasan yang lebih lengkap dan lebih harmonis tentang apa yang Yesus katakan, lakukan, dan pengalamannya.
Injil kaum Ebionit mengungkapkan salah satu teknik paling menarik dalam harmonisasi yakni mengharmonisasikan tiga kisah pembaptisan Yesus yang dicatat dalam Injil Matius, Markus, dan Lukas. Suara dari surga mengucapkan kata-kata yang sedikit berbeda di setiap kisah ini. Dalam Matius (Matius 3:17; 17:5; 12:18) ditujukan kepada orang banyak dengan kata-kata yang menggemakan di Kitab Suci Yahudi (lihat Yesaya 42: 1): “Lihat, itu hamba-Ku yang Kupegang, orang pilihan-Ku, yang kepadanya Aku berkenan…” Dalam Markus (Markus 1:11; 9:7) kata-kata yang hampir sama tetapi langsung kepada Yesus. Dan dalam Lukas (Lukas 3:22) menyinggung bagian kitab suci yang berbeda sama sekali (bdk. Mzm 2:7). Bagaimana ketiga akun ini dapat direkonsiliasi satu sama lain? Injil kaum Ebionit melakukannya dengan menggabungkan ketiga versi itu menjadi satu kisah yang lebih panjang—dijalin bersama menjadi narasi yang berkelanjutan sehingga suara itu berbicara dari surga tiga kali, sekali kepada orang banyak dan dua kali kepada Yesus!30
Harmonisasi Injil yang paling terkenal dari gereja mula-mula dihasilkan beberapa tahun setelah Injil kaum Ebionit oleh seorang penulis sekitar tahun 170 M, Tatian, seorang sarjana Kristen dari Siria menciptakan satu dari empat Injil yang akhirnya menjadi bagian dari Perjanjian Baru. Buku itu disebut Diatesseron, yang secara harfiah berarti “melalui empat”. Dengan demikian, Injil Yesus yang satu dipertahankan melalui empat kisah sebelumnya. Diatesseron Tatian menjadi sangat populer di kalangan pembaca Kristen di berbagai bagian kekaisaran. Di gereja Syria, itu adalah satu-satunya Injil yang dibaca orang Kristen selama hampir tiga abad.31
Pembahasan Harmonisasi Injil yang lebih lengkap akan saya bahas pada artikel selanjutnya. Tetaplah semangat untuk belajar. HeheheheBeberapa keprihatinan khas kaum Ebionit diwujudkan dalam Injil mereka. Hal ini ditunjukkan, misalnya, dalam referensi tentang makanan Yohanes Pembaptis, di mana pernyataan kanonik bahwa dia makan belalang—akrides (yaitu, daging) dan madu hutan yang telah diubah dengan perubahan hanya satu huruf, sehingga sekarang Yohanes Pembaptis, di sini dia dikatakan telah makan pancake (kue)—egkrides dan madu liar (dalam kutipan panarion di poin 3 fragmen nanti).
Fragmen Injil Ebionit
1.
Permulaan Injil yang mereka gunakan berbunyi sebagai berikut: “Demikianlah pada zaman Herodes, Raja Yudea, Yohanes datang membaptis dengan baptisan pertobatan di Sungai Yordan. Dia dikatakan berasal dari suku Harun, sang imam, dan merupakan anak dari Zakharia dan Elisabet. Dan semua orang pergi kepadanya.” (Epiphanius, Panarion 30.13.6)
2.
Karena dengan memotong silsilah Matius mereka membuat Injil mereka dimulai seperti yang kita tunjukkan sebelumnya, dengan kata-kata: “Demikianlah pada zaman Herodes, Raja Yudea, ketika Kayafas menjadi imam besar, seorang bernama Yohanes datang membaptis dengan baptisan pertobatan di Sungai Yordan.” (Epiphanius, Panarion 30.14.3)
3.
Maka Yohanes membaptis, dan orang-orang Farisi keluar kepadanya dan dibaptis, seperti di seluruh Yerusalem. Yohanes mengenakan pakaian dari bulu unta dan sabuk kulit di pinggangnya; dan makanannya adalah madu hutan yang rasanya seperti manna, seperti kue yang dimasak dengan minyak zaitun. (Epiphanius, Panarion 30.13.4–5)
4.
Dan setelah lebih banyak lagi, selanjutnya: “Ketika orang-orang itu dibaptis, Yesus juga datang dan dibaptis oleh Yohanes. Ketika dia keluar dari air, langit terbuka dan dia melihat Roh Kudus dalam bentuk burung merpati, turun dan masuk ke dalam diriNya. Dan sebuah suara datang dari surga, 'Engkau adalah Putraku yang terkasih, di dalamMu Aku sangat berkenan.' Kemudian dikatakan, 'Hari ini Aku telah melahirkanMu.' Segera cahaya yang besar menerangi tempat itu. Ketika Yohanes melihat ini,” dikatakan, “dia berkata kepadanya, 'Siapakah engkau, Tuhan?' Sekali lagi sebuah suara datang dari surga kepadanya, 'Inilah Putraku yang kukasihi, kepada siapa Aku sangat berkenan.' Dan kemudian,” dikatakan, “Yohanes tersungkur di depannya dan berkata, 'Aku mohon, Tuhan—engkau membaptisku!'” (Epiphanius, Panarion 30.13.3–4)
5.
Dalam Injil yang mereka sebut “menurut Matius”—yang sama sekali tidak lengkap, tetapi dipalsukan dan dimutilasi—yang mereka rujuk sebagai Injil Ibrani, ditemukan hal berikut: “Ada seorang laki-laki bernama Yesus, yang berusia sekitar tiga puluh tahun. Dialah yang memilih kita. Ketika dia tiba di Kapernaum dia masuk ke rumah Simon, juga disebut Petrus, dan dia membuka mulutnya untuk berkata, 'Saat Aku melewati danau Tiberias, Aku memilih Yohanes dan Yakobus, anak-anak Zebedeus, dan Simon, Andreas, Tadeus, Simon orang Zelot, dan Yudas Iskariot; dan Aku memanggilmu, Matius, ketika engkau sedang duduk pada stan pemungut pajak, dan engkau mengikutiku. Oleh karena itu, Aku ingin engkau menjadi kedua belas rasul sebagai saksi bagi Israel.” (Epiphanius, Panarion 30.13.2–3)
6.
Sekali lagi mereka menyangkal bahwa dia adalah seorang laki-laki, tampaknya berdasarkan perkataan yang diucapkan Juruselamat ketika dilaporkan kepadanya, “Lihat, ibu dan saudara laki-lakimu berdiri di luar.” "Siapa," (dia bertanya) "ibu dan saudara laki-laki Ku?" Mengulurkan tangannya ke atas murid-muridnya, Dia berkata, “Inilah saudara-saudaraku, ibu dan saudariku—mereka yang melakukan kehendak Bapaku.” (Epiphanius, Panarion 30.14.5)
7.
Mereka tidak menyatakan bahwa dia dilahirkan dari Allah Bapa, tetapi bahwa dia diciptakan sebagai salah satu malaikat agung, namun dibuat lebih besar dari mereka, karena dia memerintah para malaikat dan segala sesuatu yang diciptakan oleh Yang Mahakuasa. Dan, seperti yang ditemukan dalam Injil mereka, mereka berkata bahwa ketika dia datang dia mengajar, “Aku datang untuk menghancurkan korban-korban. Dan jika engkau tidak berhenti dari kurban, murka Tuhan tidak akan berhenti menimpa Engkau.” (Epiphanius, Panarion 30.16.4–5)
8.
Mereka telah mengubah pepatah dengan meninggalkan urutan aslinya, seperti yang jelas bagi setiap orang yang mempertimbangkan kombinasi kata-kata tersebut. Karena mereka menyuruh murid-murid berkata, "Di mana Engkau ingin kami membuat persiapan bagiMu untuk makan domba Paskah?" Dan mereka membuatnya menjawab, “Aku tidak ingin makan daging domba Paskah ini bersamamu.” (Epiphanius, Panarion 30.22.4)
Silahkan tinggalkan komentar atau hubungi secara pribadi untuk perbaikan, saran dan kritik atas artikel ini. Terima kasih
1Bart D. Ehrman and Zlatko Pleše, The Apocryphal Gospels Texts and Translations (New York: Oxford University Press, 2011), 215.
2Bart D. Ehrman, Lost Christianities: The Battles For Scripture And The Faiths We Never Knew (New York: Oxford University Press, 2003), 99.
3Einar Thomassen & Johannes van Oort (peny.), Frank Williams (penj.), The Panarion of Epiphanius of Salamis Book I (Sects 1-46). 30, 1, 1-2.
4Ibid.
5Ibid.
6Bart D. Ehrman dalam “The Ebionites and their Gospel” https://ehrmanblog.org/ebionites-gospel-members/ yang diakses pada 23 Nov 2022.
7Beberapa berpendapat bahwa orang-orang ini adalah orang Yahudi, atau berpindah ke Yudaisme, yang memahami bahwa tradisi Yahudi kuno mengungkapkan interaksi Allah yang berkelanjutan dengan umat-Nya dan Hukum-Nya bagi kehidupan mereka.
8Bart D. Ehrman, Lost Christianities: The Battles For Scripture And The Faiths We Never Knew, 100.
9Ibid.
10Saint Irenaeus, Against Heresies (Courtesy of New Advent), 1.26.2.
11Ibid.
12The Panarion of Epiphanius of Salamis Book I (Sects 1-46). 30, 2,7.
13Ibid.
14Bart D. Ehrman, Lost Christianities: The Battles For Scripture And The Faiths We Never Knew, 101.
15The Panarion of Epiphanius of Salamis Book I (Sects 1-46), 30, 2,1 (2), perhatikan juga dalam Irenaeus, Against Heresies, 3, 21, 1.
16Bart D. Ehrman, Lost Christianities: The Battles For Scripture And The Faiths We Never Knew, 101.
17Ibid.
18The Panarion of Epiphanius of Salamis Book I (Sects 1-46), 30, 3,3-6.
19Ibid.
20Ibid.
21Bart D. Ehrman, Lost Scriptures: Books That Did Not Make It Into The New Testament (New York: Oxford University Press, 2003), 12.
22Saint Irenaeus, Against Heresies, 3,11,7.
23Panarion, 30, 3.7.
24Panarion, 29, 9.4.
25Panarion, 30, 13.2.
26George Howard "The Gospel of the Ebionites" dalam Aufstieg Und Niedergang Der Römischen Welt (ANRW) Teil 11: Principat Band 25.5, peny., Wolfgang Haase dan Hildegard Temporini (Berlin: Walter de Gruyter & Co, 1988), 4035.
27Bart D. Ehrman, Lost Scriptures: Books That Did Not Make It Into The New Testament, 12.
28George Howard "The Gospel of the Ebionites" dalam Aufstieg Und Niedergang Der Römischen Welt (ANRW) Teil 11: Principat Band 25.5, 4035.
29Bart D. Ehrman, The New Testament: A Historical Introduction to the Early Christian Writings (New York: Oxford University Press, 2000), 181.
30Ibid.
31Ibid.
Mantap bro
Keren.